Di kawasan pesisir Pak Rahmat, sang Pejuang Mangrove, tinggallah tiga sahabat mangrove, Bogem, Bakau dan Brayo. Brayo sedang sedih. Banyak buahnya yang berguguran, jatuh tak berguna. Di musim buah seperti ini, dia ingin setiap buahnya bisa bermanfaat, seperti milik teman-temannya.
"Jangan sedih, Brayo. Buahmu yang jatuh, kan bisa menjadi humus dan menyuburkan lantai hutan," hibur Bakau.
"Aku tahu itu, tapi aku ingin buahku bisa bermanfaat sebelum mengering dan membusuk. Aku ingin buahku seperti buahmu, yang dimanfaatkan manusia menjadi pewarna batik," jawabnya murung.